Saturday, November 24, 2012

Gratitude (part 2)

lagi-lagi membahas tentang kebersyukuran. iya, rasa-rasanya tema ini cukup menarik untuk dikaji. hanya saja sampai saat ini saya belum bisa mendapatkan hasil penelitian kawan saya mengenai kebersyukuran. mungkin lain waktu akan saya usahakan hasil penelitian kawan saya mengenai kebersyukuran itu. kemarin selepas ditelpon oleh orang tua saya jadi banyak berpikir mengenai makna dari kebersyukuran itu sendiri. bapak, pasca saya mendapatkan pekerjaan ini beliau senantiasa intens menelpon saya dan memberikan banyak nasehat. biasanya sih nasehat hanya seputar masalah bagaimana bekerja yang baik di kantor dan bagaimana bersikap saja. tapi hari kemarin cukup berbeda dan menggelitik karena nasehat yang diberikan oleh bapak adalah makna dari kebersyukuran itu. ya, hampir sebagian besar nasehat yang diberikan oleh bapak memang sudah banyak saya tulis pada note sebelumnya. karena secara umum memang itulah makna yang sesungguhnya. tetapi satu hal yang menggelitik adalah bahwasanya dengan rasa syukur yang kita ucapkan setiap harinya baik selepas sholat ataupun setiap saat ternyata memang bisa berdampak positif pada pola kerja kita. efek atau dampak itu bisa memberikan pengaruh positif yang luar biasa, misalnya adalah semangat dalam bekerja. it's true! karena saya mengalaminya sendiri. pekerjaan yang saya jalani sekarang sungguh-sungguh sangat saya syukuri. karena begitu banyak orang yang menginginkannya dan dengan pekerjaan ini saya bisa membahagiakan banyak orang khususnya adalah orang tua saya sendiri. selain itu juga setiap bangun pagi dan berangkat ke kantor tidak pernah ada perasaan malas, lelah, ataupun letih sekalipun. semuanya saya jalani dengan semangat meskipun banyak sekali pekerjaan kantor yang menunggu untuk diselesaikan. sekarang tugas saya adalah bagaimana saya bisa menyalurkan semangat dan motivasi yang sudah saya miliki ini kepada rekan kerja lainnya agar lebih bersemangat juga. satu rahasia sudah saya berikan yakni banyak-banyaklah bersyukur karena Allah akan menambah nikmat berkali lipat kepada hamba-Nya yang bersyukur. Alhamdulillah :)

Sunday, November 11, 2012

Ibarat Membeli Sepatu

Hahaha dari judulnya aja udah berat banget ya. bukan berarti saya "latah" mentang-mentang usia udh kepala dua. But, its mean bahwasanya gak ada salahnya kita memikirkannya dari sekarang. Konon katanya Jodoh, mati, rezeki ada di tangan Allah dan sudah Ia tentukan. Tapi, manusia tetep harus ada usaha untuk meraih itu semua. gak mungkin kan jodoh itu tiba-tiba atau bahasa belanda nya 'mak bedunduk' datang di hadapan kita. Pasti ada proses dari awal hingga akhir kita bisa menemukan jodoh itu. Dalam rangka proses ikhtiar mencarinya juga ibarat membeli sepatu. Kenapa saya mengibaratkan seperti membeli sepatu? Karena cewek suka sekali membeli sepatu. Hahahahaha termasuk saya. Pernah liat kan kalo cewek lagi mau beli sepatu. Milih sana milih sini. Dicoba-coba di kaki kanan dan kiri. Dipake jalan sambil nyari kaca. Dipandangi, difoto, sampe diliat modelnya, heels nya udh 10 cm apa belum, cocok gak warna sepatu sama warna kulitnya, matching gak sama baju atau tas yang dia pake, norak apa gak. Yup! sungguh ribet sekali lah pokoknya. Belum lagi dia lihat harganya. Kalo harganya diskon udah pasti si cewek bakal semangat banget buat beli sepatu itu hahahaha... Nah, terkadang juga kalian para cewek pasti pernah ngerasain kan ketika beli sepatu udah milih-milih ada yang tampak cantik di mata sepatu nya. Heelsnya tinggi bentuknya runcing banget warnanya juga cantik ketika dipake di kulit. Tapi pas dipake bentar tumit udah lecet-lecet aja. Jari juga udah gak enak. Nah ternyata apa yang menurut mata kita itu enak dipandang belum tentu nyaman di pake bukan? Begitu juga dengan jodoh. Kita pengen banget jodoh yang mendekati sempurna. Tapi pernahkah kita menyadari kebutuhan akan pasangan hidup kita? Ketika melihat sosok pria yang baik, sholeh, pintar, trus tajir pula, eee ada bonus gantengnya juga. Kita udh klepek-klepek aja pengen dijadiin pendamping hidup kita. Tapi apakah benar sosok pria seperti itu lah yang kita butuhkan? belum tentu lho.. dan Allah memang Maha Segalanya. Ia sudah menyiapkan semuanya dengan rapi dan sedemikian rupa. Ia sudah merajut kehidupan kita dengan Happy Ending tentunya. Satu hal lagi janji Allah di Surat An-Nisa (kalo gak salah) bahwasanya Laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik begitu juga sebaliknya. Jadi, kalo memang kita mendambakan suami yang sholeh dan pandai ilmu agamanya maka kita pun harus introspeksi diri. Apakah kita udh sholehah? sudah banyak memperdalam ilmu agama? istilah gaulnya Ngaca dong. kalo emang belum kok mau minta yang sholeh? See?? Allah Maha Adil kan? So, untuk kalian para wanita yang memang sampai saat ini belum merasa dekat dengan Jodoh maka rayulah yang Maha Pemilik Hati. Berarti masih banyak kesempatan untuk mulai memantaskan diri dulu sebelum benar-benar menyambutnya. So, tetep semangat ya. Satu hal lagi, perbanyak sholat dhuha juga :) Semangat memperbaiki diri agar siap menjemput atau dijemput dengan Jodoh kita ya :)